Minggu, 24 Juli 2011

VANDALISME

Membahas vandalisme gua ternyata tidak semudah yang dipikirkan, karena selain harus dipahami dulu apa yang dimaksud dengan istilah vandalisme, juga diusahakan memberi batasan-batasan siapa yang digolongkan vandalis dan apa yang dirusak. Vandalisme harus dipisahkan secara tegas dengan pengertian "perusakan gua" yang lebih luas artinya.
Vandalisme gua adalah kerusakan gua yang diakibatkan tidakan-tindakan manusia secara sengaja. Apakah kesengajaan ini berlandaskan tahu tidaknya para pelaku, perihal estetika, ekologi, biologi, geohidrologi, arkeologi, paleontologi, konsevasi bukan menjadi konsiderans dalam pembahasan ini.

Kalau hal itu dipertimbangkan maka pembahasan menjadi lebih rumit lagi, karena nanti ada kategori "vandalisme resmi", "vandalisme terselubung", dan lain sebagainya.
Yang dibahas adalah setiap tindakan dan akibatnya dari usaha pearusakan gua dan lingkungnnyasecara sengaja itu, disadari atau tidaknya terhadap estetika, ekosistem, fsik dan biota gua, hal mana yang menyebakan kemunduran secara makro maupun mikro dari nilai gua sebagai sumber daya alam yang langka.

Pelaku vandalisme gua dengan begitu tidak terbatas pada penelusur gua musiman, tetapi termasuk pula mereka yang menambang fosfat, pengunduh sarang burung walet, pemburu kalelawar, kontraktor pembangunan fisik dan pengelola gua, bahkan para ilmuwan yang kurang berhati-hati dalam sampling dan kegiatan lain dalam gua.


Contoh beberapa vandalisme gua :

  1. Pengunduh sarang burung
    Obyek perusakan : burung walet
    Dampak : burung walet pindah tempat/ sarang, timbul hama serangga
  2. Penggali fosfat gua
    Obyek perusakan : lantai gua yang mengandung fosfat
    Dampak : merusak kestabilan gua dan estetikanya, membahayakan penelusur gua, pencemaran sumber air karst
  3. Penggali mineral kalsit
    Obyek perusakan : formasi kalsit (dekorasi gua atau speleothem )
    Dampak : keindahan gua hilang, mengundang vandalis untuk mengambil formasi gua untuk souvenir.
  4. Pemburu kelelawar
    Obyek perusakan : kelelawar penyerbuk bunga atau pemakan
    serangga
    Dampak : kelelawar berpindah tempat/ punah, gangguan ekologis serius punahnya beberapa jenis tanaman, wabah hama/ serangga.
  1. Obyek perusakan : interior/ eksterior oleh design overkill
    Dampak : perusakan nilai esetika oleh bangunan buatan manusia,polusi sedimen dan sumber air, biota gua terusik, keaslian lingkungan lenyap.
  2. Penelusur gua
    Obyek perusakan : dekorasi dan biota gua serta sedimen gua.
    Dampak : corat-coret,pengambilanspeleothem, pengotoran gua, gangguan ekologis.
  3. Penelusuran gua sebagai kegiatan wisata (wisata minat khusus maupun minat biasa)
  4. Penelitian flora dan fauna untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan (biologi, geologi, kesehatan, dll)
  5. Eksploitasi daerah karst sebagai bahan baku semen atau lokasi pengmbilan bahan galian harus melalui pengkajian Prosedur Informasi Lingkungan (PIL) dan AMDAL.


Sebagai penelusur gua seharusnya kita benar-benar menghayati etika, moral, dan kewajiban penelusur gua.
Kita harus dapat menekan seminim mungkin kerusakan yang timbul akibat penelusuran kita.

Hal-hal yang dapat kita lakukan adalah:

  • Tidak meninggalkan sampah/ bungkus roti, permen, rokok dan lain-lainnya dalam gua kita harus membawanya ke luar
  • Tidak meninggalkan karbit bekas dalam gua, masukkan ke dalam tempat khusus
  • Tidak merusak ornamen gua, tidak meninggalkan lumpur pada lantai kalsit gua
  • Dan lain sebagainya yang dapatmengganggu ekosistem atau merusak gua itu sendiri.

Minggu, 29 Mei 2011

SAR Darat

SAR GUNUNG HUTAN
( EXPLORER SEARCH AND RESCUE )
E S A R


PENDAHULUAN

Tujuan dari SAR adalah untuk menolong dengan cara efektif dan efisien jiwa manusia dan segala sesuatu yang berharga yang berada dalam keadaan menghawatirkan (distress).
Dengan demikian dalam kegiatan tanggap darurat penanggulangan bencana alam yang berkaitan dengan mencari dan menolong pelaksanaannya harus cepat, cermat dan cekatan     ( 3 C ).

Untuk itu Unit SAR  , harus dapat :
  • Berpikir dan bertindak cepat sesaat setelah mendengar berita terjadinya bencana.
  • Membuat strategi dengan cermat, artinya dengan persiapan dan perhitungan yang matang, berdasar dan terkoordinasi.
  • Melaksanakan strategi yang telah dibuat dengan cekatan dan dengan teknik yang terlatih serta disiplin yang tinggi.

Hal yang menghambat keberhasilan dari suatu misi pertolongan dalam kegiatan SAR adalah tidak ada/kurangnya faktor 3 C tersebut, misalnya : 
·         Keterlambatan atau kurangnya informasi, sementara kemapuan korban untuk bertahan hidup semakin menurun.
  • Kurangnya komunikasi dan koordinasi, baik perorangan maupun antar kelompok, khususnya dengan instansi yang bergerak dalam bidang ini yang kebetulan bergabung dalam misi SAR.
  • Kekurangan/ketidakseragaman pengetahuan dan pemahaman tentang SAR.
·         Kurang disiplin dan tanggungjawab, baik individu maupun kelompok, dalam melaksanakan ‘aturan main’ di dalam melakukan kegiatan SAR tersebut serta keseragaman / kesepakatan sistem pencarian dan pertolongan tanggap darurat.

 

SISTEM SAR GUNUNG HUTAN ( ESAR ).

TAHAPAN OPERASI SAR
5 (lima) tahapan dalam operasi SAR :







1.    Tahap Kekhawatiran
Adalalah kekhawatiran bahwa suatu keadaan darurat diduga akan muncul, yaitu saat disadarinya terjadi keadaan darurat/musibah.

2.    Tahap Kesiagaan / Preliminary Mode
Adalah persiapan untuk mnyiagakan fasilitas SAR untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas, antara lain:
·         Mengevaluasi dan mengklarifikasikan informasi yang didapat.
·         Menyiapkan fasilitas SAR.
·         Pencarian awal dengan komunikasi (preliminary communication check / precom)
·         Perluasan pencarian dengan komunikasi (extended communication stage / precom).
·          

3.    Tahap Perencanaan / Confinement Mode
Yaitu saat dilakukan suatu tindakan sebagai tanggapan (respons) terhadap keadaan sebelumya, antara lain:
·         tahap perencanaan pencarian
·         urutan perencanaan pencarian
·         tingkat perencanaan pencarian
·         perhitungan perencanaan pencarian





4.    Misi Operasi
Yaitu dilakukannya opersi pencarian dan pertolongan serta penyelamatan korban secara fisik.  Tahap operasi ini meliputi:
·         Fasilitas SAR bergerak ke lokasi kejadian.
·         Melakukan pencarian dan mendeteksi tanda-tanda yang ditemui yang diperkirakan ditinggalkan korban / survivor (Detection Mode).
·         Menolong/menyelamatkan dan mengevakuasi korban (Evacuation Mode), yaitu memberikan perawatan gawat darurat kepada korban yang membutuhkan dan membawa korban yang cedera kepada perawatan lebih lanjut (evakuasi).

5.    Tahap Akhir Misi
Pada tahap ini dilakukan:
·         Evaluasi hasil kegiatan.
·         Pengembalian unsur-unsur kepada satuannya masing-masing.
·         Penyiagaan kembali (agar setiap unsure tetap siaga bergerak setiap saat).

Komponen-komponen yang mendukung tahapan-tahapan tersebut diatas, al:
  • Organisasi
Merupakan struktur organisasi SAR yang meliputi aspek pengerahan unsure, koordinasi, komando dan pengendalian, kewenangan, lingkup penegasan, dan tanggung jawab untuk penanganan suatu musibah.
  • Fasilitas
Adalah komponen berupa unsur, peralatan, perlengkapan serta fasilitas pendukung lainnya yang dapat digunakan dalam opersi misi SAR  .
  • Komunikasi
Adalah komponen penyelenggaraan komunikasi sebagai sarana untuk melakukan fungsi deteksi terjadinya musibah, fungsi komando dan pengendalian operasi, membina kerja sama/koordinasi selama operasi SAR  berlangsung.
  • Perawatan Gawat Darurat
Adalah komponen penyediaan fasilitas perawatan gawat darurat yang bersifat sementara / P3K, termasuk memberikan dukungan terhadap korban di tempat musibah sampai ke tempat yang lebih memadai.
  • Dokumentasi
Adalah komponen pendataan laporan dari kegiatan, analisa serta data-data kemampuan yang akan menunjang efisiensi pelaksanaan operasi SAR, serta untuk perbaikan atau pengembangan kegiatan-kegiatan misi SAR yang akan datang.





PERENCANAAN
Pada tahap ini dituntut suatu persiapan perencanaan yang efektif (termasuk koordinasi).  Pelaksanaannya adalah daerah gerak (Confinement Mode) yang merupakan daerah pencarian dan pertolongan tangap darurat.
1.    Tahap Perencanaan Pencarian
Ada 5 (lima) tahapan pencarian yang berurutan, yaitu:
a.    Memperkirakan datum atau MPP (Most Probable Position)
b.    Menentukan luas area pencarian dan pertolongan tanggap darurat (Search Area)
c.    Memilih pola pencarian dan pertolongan tanggap darurat yang sesuai (Search Pattern)
d.    Menentukan cakupan daerah yang diinginkan (Area Coverage)
e.    Mengembangkan perencanaan pencarian dan pertolongan tanggap darurat yang mungkin dilaksanakan dengan menggunakan unit relawan (SRU) yang ada.

2.    Urutan Perencanaan Pencarian
Secara umum, urutan perencanaan pencarian dan pertolongan tanggap darurat adalah sebagai berikut :
a.    Menetukan posisi kejadian darurat dan mempertimbangkan pengaruh medan yang dihadapi dan hal-hal lain yang mungkin berpengaruh terhadap gerakan korban sejak waktu kecelakaan terjadi sampai tibanya unit SRU di tempat kejadian.
b.    Menentukan luas area pencarian dan pertolongan tanggap darurat untuk kemungkinan kesalahan navigasi dari unit SRU dan kesalahan perhitungan dari faktor-faktor yang berpengaruh terahdap korban / survivor.
c.    Memilih pola pencarian dan pertolongan tanggap darurat terbaik yang akan digunakan, yang sesuai dengan situasi dan kondisi saat kejadian kecelakaan / bencana tersebut.
d.    Jumlah SRU yang tersedia dan keterbatasan pada faktor-faktor lain juga diperhitungkan (bila dianggap perlu) untuk mengembangkan perencanaan pencarian dan pertolngan, agar dapat melengkapi atau mengatasi suatu keadaan tertentu yang mungkin muncul.

Catatan:
Poskodal berkoordinasi dengan semua unsur-unsur yang terlibat dan memberikan pengarahan kepada Unit Pencari (SRU) yang berada di bawah koordinasi aksi pencarian dan pertolongannya.



3.    Tingkatan Perencanaan Pencarian
Secara umum, tingkatan dan perencanaan pencarian dan pertolongan ini membutuhkan pertimbangan sebagai berikut:
·         Keadaan lingkungan alam dari insiden SAR itu.
·         Ketepatan pelaporan posisi dari insiden.
·         Dapat / tidaknya unit SAR yang terlatih / tersedia digunakan.
·         Waktu yang terlewat sejak kecelakaan terjadi.

Keadaan lngkungan alam dari suatu insiden SAR menimbulkan faktor-faktor spesifik yang harus dipertimbangkan dalam perencanaan pencarian dan pertolongan.

Contoh:
Untuk suatu misi yang dilakukan di daerah bencana banjir, ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap gerak korban / survivor (survivor drift factor) yang akan masuk perhitungan, tetapi hanya satu faktor saja yang mungkin dimasukkan bila misi ini dilakukan di daerah gunung, sehingga :
a.    Apabila posisi diketahui, perencanaan pencarian dan pertolongan dapat dikatakan relatif sederhana.
b.    Apabila hanya arah tujuan yang diketahui, perencanaan
      pencarian akan lebih sulit.
c.    Apabila hanya gambaran-gambaran kasar yang diketahui, perencanaan pencarian akan menjadi sangat sulit.

Bagaimanapun tepatnya loksi suatu kecelakaan diketahui, perencanaan pencarian pertolongan akan selalu dibutuhkan. 
Mungkin hal itu direncanakan hanya dalam waktu singkat, tetapi dengan pertimbangan-pertimbangan professional untuk keseluruhan tahapan atau memerlukan waktu sampai beberapa jam dengan evaluasi yang berkesinambungan, perhitungan-perhitungan, pertimbangan-pertimbangan besar kecilnya faktor yang berpengaruh, dan koordinasi yang terus menerus sebelum satu SRU pun diberangkatkan.



 
4.    Perhitungan Perencanaan Pencarian dan Pertolongan
Perhitungan ini meliputi:
·         Lokasi Insiden SAR
     (SAR Incident Location)
Tiga situasi yang mungkin timbul, yang perlu diperhatikan untuk menentukan lokasi dari insiden SAR, adalah :
-          posisi diketahui
-          jalan lintasan diketahui
-          area diketahui

·         Langkah-langkah Perhitungan Perencanaan Pencarian dan Pertolongan.
Langkah pertama dalam perencanaan pencarian dan pertolongan   adalah menentukan datum ( lokasi kejadian ), yang dimulai dari laporan suatu insiden.  Laporan ini bisa berupa posisi, jalur lintasan atau area.
 
Pola-pola pencarian (search pattern)
Setelah lokasi dan luas search area ditentukan, suatu pencarian yang sistematis terhadap target haruslah direncanakan. 
Pemilihan pola-pola pencarian dan pertolongan bergantung kepada beberapa faktor, antara lain:
-          Ketepatan datum / lokasi kejadian.
-          Luas search and rescue area / pencarian dan pertolongan.
-          SRU yang dapat digunakan untuk pencarian dan pertolongan.
-          Kemampuan SRU untuk bergerak dan bernavigasi.
-          Kondisi cuaca dan medan di search and rescue area.
-          Besarnya / ukuran search and rescue area.
-          Alat-alat yang dimiliki korban / survivor yang mudah dideteksi.
-          Dan faktor-faktor lain yang diperkirakan perlu untuk diperhitungkan.








Operasi SAR GUNUNG HUTAN atau ESAR sangat berhubungan dengan kendala waktu. 
Ada 4 (empat) faktor yang sangat berhubungan dengan waktu dan masing-masing saling mempengaruhi, karena proses ini merupakan sebuah urutan.  Keempat tahap tersebut yaitu :


1.    Pencarian Korban
Pertolongan dapat segera dilakukan apabila korban telah ditemukan.
Lokasi korban dapat diketahui atau diperkirakan. 
Tahap pencarian dan pertolongan dapat diketahui dalam waktu berhari-hari
apabila berupa perkiraan di sebuah daerah pegunungan,
Tahapan ini dalam SAR disebut mencari / search, sedangkan tim pencari
biasa disebut SRU.

2.    Pencapaian Korban
Tahap ini dapat memakan waktu perjalanan hanya beberapa jam (mendaki
bukit), dan beberapa hari (mengikuti jalur pandakian dengan sejumlah
advance camp).

3.    Penanganan Awal Pada Korban
Penanganan PGD pada sejumlah luka korban, memberi kenyamanan pada
 korban dan menyiapkan korban untuk dievakuasi dengan selamat. 
Cerdera dapat bersifat potensial (hipotermi, hipoglikemi, dehidrasi) dan
 bersifat aktual (patah tulang paha, pendarahan dalam atau ketakutan).

4.    Pengevakuasian Korban
Tahap ini dapat berlangsung sederhana dan sebentar (misalnya :
membimbing korban turun di jalur setapak) atau sangat sulit dan lama
 (misalnnya: mengambil korban dari atas batu di tengah jeram pada sungai
 yang banjir, menurunkan korban dari tebing setinggi ratusan meter atu
 mengangkat korban dari kedalaman jurang dengan puluhan meter).


Pelaksanaan operasi SAR GUNUNG HUTAN dapat berupa:
1.    Operasi pencarian tanpa operasi pertolongan (karena korban tidak ditemukan).
2.    Operasi pertolongan tanpa operasi pencarian (karena lokasi sudah ditemukan / dilaporkan dengan pasti).
3.    Operasi pencarian dilanjutkan dengan operasi pertolongan.



Ketika operasi SAR dimulai, maka ada 8 (delapan) tahapan kegiatan yang harus dilakukan, yaitu:
1.    Briefing pencarian.
2.    Pemberangkatan SRU ke lokasi kejadian.
3.    Perjalanan SRU menuju area bencana.
4.    Pelaksanaan pencarian dan pertolongan tanggap darurat.
5.    Bila menemukan sasaran.
6.    Apabila perlu adanya pergantian SRU.
7.    Penarikan SRU ke pangkalan.
8.    Briefing ulang (debriefing) SRU.

Semua hal tersebut harus diketahui oleh setiap SRU.

Briefing pada operasi pencarian dilakukan oleh Komandan Lapangan / SMC dan sebaiknya digunakan check list sebagai berikut:

1.    Situasi
·         keadaan darurat/distress
·         sasaran pencarian
·         data terperinci
·         posisi akhir yang diketahui
·         peralatan atau barang korban / survivor yang dibawa
·         perkiraan keadaan
·         SRU yang terlibat
2.    Cuaca
·         pada saat musibah terjadi
·         pada saat pencarian dan pertolongan akan dilakukan (selama di lokasi)
·         ramalan cuaca (dalam pejalanan dan di lokasi bencana)
·         bahaya/ancaman dari keadaan cuaca yang dihadapi
3.    Area
-    luas area
-    tanda-tanda alam disekitar area
-    titik awal pemberangkatan atau pencarian dan pertolongan
-    bahaya dari keadaan medan yang akan dihadapi
4.    Pola pencarian dan pertolongan
      .    penjelasan pola
·         ketinggian lokasi daerah pencarian
·         kemungkinan menemukan
·         ketepatan navigasi
·         kecepatan pergerakan menuju posisi daerah yang dicurigai.



Pada Pengendali Lapangan, penjelasan seperti di briefing dilengkapi dengan keterangan lainnya, seperti:
1.    Jam tiba di daerah pencarian.
2.    Komunikasi yang tersedia di lokasi.
3.    Kecepatan SRU yang ditugaskan.
4.    Kemampuan bertahan di lokasi.

Operasi SAR GUNUNG HUTAN tidak berakhir setelah ditemukannya korban, tetapi sampai korban diselamatkan.